WISATAACEH.ID – Hampir seluruh warga Aceh mungkin tidak asing dengan lalapan yang satu ini, yaitu sambai oenpeugaga yang diolah dari 44 jenis dedaunan khas Tanah Rencong. Bahkan peminat makanan ini juga tergoloh banyak.

Makanan ini tentu hadir di momen tertentu seperti di Bulan Ramadhan. Jika Anda mencari di luar bulan tersebut agar terasa sult. Jika pun ada, harus di pesan secara pribadi oleh orang-orang yang lihai meramu dedaunan itu menjadi kuliner khas.

Seorang pedagang yang dijumpai di Jalan Imam Bonjol atau Garuda, Peunayoung, Banda Aceh, Juliana mengaku, melestarikan makanan ini merupakan ikhtiar untuk menjaga warisan leluhur agar tidak hilang di telan zaman.

Melestarikan makanan tradisional, kata dia memang sebuah keharusan. Sambal oen peugaga yang diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan Aceh dulu, nasibnya tidak seperti kuliner kekinian. Yang selalu ada jika bulan ramadan usai.

Daun Peugagan (centella asiatica) tumbuhan merambat ini berkhasiat meningkatkan kosentrasi dan mempertajam daya ingit serta dapat mengobati masuk angin. Daun ini biasanya tumbuh di pematang sawah, atau di tempat-tempat yang sejuk. Saat bulan puasa tiba.

Meskipun dicap sebagai makanan yang hanya hadir saat ramadan, penjualan kudapan ini tetap laris manis. Uniknya, penjual makanan warisan indatu ini rata-rata digemari berusia lanjut. Bukan berarti kalangan milenial tidak menyukainya, tapi dinilai hanya sebagian kecil.

“Rata-rata (pembeli) memang orang tua, itu dari bulan puasa ke bulan puasa berikutnya, kalau anak muda, jarang,” kata seorang pedagang sambal oen peugaga, Juliana beberapa waktu lalu.

Juliana mengakui, dulu banyak yang menjual sambal ini saat ramadan. Tapi, kini satu persatu mereka meninggalkannya, dan beralih menjual makanan lain. Sebab, selain bahan baku yang sulit dicari, pasar penjualannya juga hanya dikalangan tertentu.

Menjual sambal yang penuh khasiat ini, sudah dilakoninya sejak tahun 2000 silam. Bahkan, sebelum dia, orang tuanya terlebih dulu menjualnya. Juliana tak khawatir walaupun banyak makanan takjil yang berbagai bentuk dan rasa, bisa memikat kemudian mengalihkan penggemar sambal ini ke makanan lainnya.

“Tidak (tak khawatir). Makanan ini sudah ada peminatnya, buktinya seberapa saya jual, ya habis,” ujarnya. Meski berlabel sambal, makanan ini pada dasarnya menyerupai panganan urap. Atau bisa di bilang urap khas Aceh.

Setiap jenis daun yang digunakan dalam meracik sambai oen peugaga memiliki khasiat tersendiri. Jenis daun itu yakni, daun jeruk purut, daun mengkudu, daun peugaga, daun sigeuntot, daun lawah dan puluhan jenis daun lainnya.

Tapi, sekarang tak mudah mendapatkan 44 jenis daun itu. Kalau pun dapat, tapi tidak banyak. “Mungkin itulah alasannya kalau oen peugagah ini jarang dijual kalau bukan di bulan Puasa,” sebutnya.

Cara membuat makanan ini, tidak sembarangan dicampur. Harus mempunyai keahlian. Jika tidak, rasanya dan aromanya bisa menyengat. Harus terampil tak boleh asal asalan.

Pertama-tama, daun yang sudah dicuci bersih, kemudian dicincang tipis-tipis dan dilumuri dengan kelapa parut atau giling. Sebelumnya kelapa itu harus diaduk dulu bersama rajangan bawang merah, cabai merah, bunga kala, cabai rawit dan asam sunti yang dihaluskan.

Untuk lebih gurih, taburi bawang goreng, kacang goreng atau kemiri goreng yang sudah dihaluskan. Sambai siap disajikan. Aromanya harum, rasanya unik, gurih, pedas dan sedikit asam.

Jika anda saat ramadan berada di Aceh, sambal oen peugaga bisa menjadi kuliner pilihan anda, dan merasakan gurihnya kudapan unik ini. Soal harga lalapan ini cukup bersahabat, hanya Rp 5.000 per porsinya.

wisataaceh

Cek Artikel yang lain di Google News