WISATAACEH.ID – Aceh dikenal memiliki tradisi yang begitu beragam di setiap daerah meskipun datang dari suku ras yang berbeda. Hal inilah yang membuat akulturasi budaya di Aceh berjalan dan lestari hingga saat ini.
Salah satu daerah yang memiliki tarian khas unik adalah di Kabupaten Aceh Tamiang yang menonjolkan adat melayu dalam keseniannya. Salah satunya yaitu tari sekapur sirih, yang memang sudah ada dan berkembang sejak lama di wilayah itu.
Daerah perbetasan dengan Sumatera Utara ini juga dengan kesenian tarian sekapur sirih yang dimiliki Aceh Tamiang juga masih populer di kalangan masyarakat. Bahkan, di hari adat atau pesta perkawinan pun, tarian itu masih ditampilkan.
Tarian ini memiliki makna persembahan saat acara adat di wilayah itu. Tak heran, unsur Melayu hingga Aceh terasa kental dalam kesenian tersebut. Misalnya seperti ranup lampuan, hanya saja Tari Sekapur Sirih lebih identic dengan adat Melayu.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tamiang, Tengku Budi Darma mengatakan, tari sekapur sirih merupakan tarian persembahan yang dilakukan saat upacara adat.
“Pembedanya adalah tari sekapur sirih konsepnya identik dengan adat melayu sebagaimana adat masyarakat Aceh Tamiang,” kata Budi Darma beberapa waktu lalu.

Tari sekapur sirih, kata dia merupakan tarian tradisional yang menggambarkan tentang nuansa masyarakat melayu di Kabupaten Aceh Tamiang yang berbaur dengan masyarakat Aceh dan pendatang dari beragam suku lainnya.
Tarian ini memiliki nilai sosial yang tinggi, keramahtamahan dalam menyambut tamu pada kegiatan upacara adat. Kalau pada jaman dulu, tari sekapur serih sering dipersembahkan pada saat penyambutan tamu-tamu kerajaan.
“Pertunjukan tari ini sering dilakukan pada kegiatan upacara adat, seperti penyambutan tamu-tamu pemerintahan, saat resepsi perkawinan dan sejumlah acara resmi lainya,” katanya.
Jumlah penari saat pertunjukan tari sekapur sirih wajib berjumlah ganjil. Penari menggunakan pakaian adat khas Aceh Tamiang yang didominasi warna kuning.
Kemudian masing-masing penari juga membawa sirih. Sirih ini nantinya akan diberikan kepada tamu-tamu penting yang hadir pada sebuah upacara adat tertentu.
“Tari sekapur sirih yang asli biasanya pada saat penyerahan sirih, tamu tidak diperkenankan untuk membalas dalam bentuk uang, itu tidak ada di tarian ini,” ungkapnya.
Makna dari tari sekapur sirih pada adat masyarakat Aceh Tamiang adalah tentang nilai-nalai dalam menghargai atau memuliakan tamu.
“Memuliakan tamu, kan merupakan bagian dari tradisi masyarakat Melayu. Sehingga tarian sebagai simbol yang mencerminkan kehidupan masyarakat sehari-hari,” jelas Budi.
Saat ini, tari sekapur sirih masih terus dipertahankan oleh masyarakat Aceh Tamiang. Pemerintah setempat mewajibkan tarian ini dalam muatan lokal pada kurikulum sekolah, baik itu di tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA.
“Ini sebagai upaya pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang agar tarian ini tidak hilang ditelan zaman, apalagi saat ini banyak budaya luar yang mulai masuk ke tempat kita,” ujar Budi.
Selain tarian sekapur sirih, Kesenian lainnya yang berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang yaitu, Tari Ula-ula lembing, Tari Zapin hingga Tari Lang Ngelekak. Tarian ini sebagian masih dilestarikan dan kerap ditampilkan di acara-acara adat maupun memperingati hari besar serta penyambutan tamu undangan.
Untuk Tarian Lang Ngelekak saat ini jarang ditampilkan karena kurangnya peminat masyarakat dalam mempelajari kesenian tua tersebut. Tari ini menceritakan tentang kisah sang raja yang kurang beruntung yang mana kisah ini dijadikan sebuah tari guna mengenang masa-masa kerajaan raja tersebut.
Tinggalkan Balasan