WISATAACEH.ID — Bagi masyarakat Simeulue, rempah bukanlah barang baru. Daerah kepulauan di Aceh ini sudah mengenal rempah sejak masa kolonial Belanda, yakni cengkeh.

Sejak zaman itu, tanaman cengkeh di Pulau Simeulue tumbuh subur dan menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat.

Tanamah cengkeh di Simeulue diolah untuk bermacam kebutuhan seperti bumbu masakan, bahan baku obat-obatan, bahan baku industri rokok kretek dan lain sebagainya.

Bahan-bahan olahan tersebut dipamerkan selama pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di anjungan Kabupaten Simeulue, Taman Sultahanah Safiatuddin, Banda Aceh, sejak 4 November 2023.

“Rempah memang menjadi komoditi andalan di Simeulue, karena itu kami memamerkan di PKA kali ini, kebetulan temanya juga sesuai,” kata Ketua tim anjungan Simeulue, Samsuar, Sabtu 11 November 2023.

Minyak cengkeh merupakan salah satu olahan yang dipamerkan di anjungan Simeulue. Menurut Samsuar, minyak cengkeh ini mengandung eugenol bersifat antimikroba, analgetic, antiiflamasi dan antioksidan.

Minyak tersebut, tutur Samsuar, berkhasiat meredakan sakit gigi, nyeri tulang, melancarkan pencernaan, meredakan infeksi, meredakan tukak lambung, dan penyakit lainnya.

“Cara penggunaannya yaitu dengan dioles,” ujar Samsuar.

Selain itu, di anjungan Simeulue juga memamerkan minyak serai, jamu temulawak dan minuman limau fawang.

Samsuar menjelaskan, minuman limau fawang ini merupakan perbaduan biji cengkeh, jeruk dan madu. Minuman ini berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh, membantu detoksifikasi tubuh, membantu sistem pencernaan dan pencegahan beragam penyakit.

“Minuman olahan ini bisa diminum secara gratis di anjungan Simeulue,” ungkap Samsuar.

Selain olahan cengkeh, anjungan Simeulue juga menampilkan beragam khazanah budaya dan kesenian dari Negeri Ate Fulawan itu.

“Kami juga memamerkan sejarah rempah di Simeulue, termasuk jaringan-jaringan perdagangan dengan Eropa,” pungkas Samsuar. [sumber : pekankebudayaanaceh.com]

wisataaceh

Cek Artikel yang lain di Google News