WISATAACEH.ID – Saat lebaran, ada beberapa tradisi yang dilakukan umat Islam secara turun temurun di beberapa daerah. Setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda, termasuk di Provinsi Aceh.

Misalnya di sebagian masyarakat di wilayah Aceh memiliki tradisi bagi pengantin baru, atau pasangan yang menikah sebelum memasuki lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha. Tradisi tersebut yaitu Teumuntuk.

 Teumuntuk bukan hanya diartikan sebagai salam tempel yang memang bagi pengantin baru saat Idul Fitri yang telah turun temurun berlaku di sejumlah wilayah di Aceh, namun lebih kental di wilayah Barat Selatan Aceh. Namun tradisi ini lebih seperti agar suami istri menjalankan bahtera hidupnya sama-sama dan bertanggung jawab.

Misalnya, dalam bahasa Jamee istilah teumuntuk dikenal dengan nama teumuntuak dan sebagian masyarakat menyebutkan Seunemah, yaitu memberikan uang pada pengantin baru, baik untuk pengantin perempuan maupun laki-laki.

Meskipun umur pernikahan pasangan itu sudah berjalan 6 bulan, prosesi teumuntuk masih tetap dilakukan, khususnya pada waktu Lebaran. Bahkan pengantin yang lupa akan diingatkan oleh para orang tua untuk menggelar tradisi itu sekaligus silaturahmi dengan para sanak family.

Ilustrasi

Ketika Idul Fitri tiba, sang suami membawa istrinya ke rumah-rumah familinya untuk bersalaman, sekaligus memperkenalkan saudaranya kepada sang istri dan begitu juga sebaliknya.

Jadi saat berkunjung ke rumah family dengan pasangan baru itu, orang yang dikunjungi akan menempelkan uang ke tangan pengantin baik laki-laki ataupun perempuan. Biasanya disebut sebagai peng teumuntuk.

Tradisi ini tentu masih ada dan paling kental selalu dijalankan sebagian warga di Kabupaten Aceh Barat Daya hingga di sebagaian Banda Aceh. Namun, sekali lagi tidak semua daerah di Aceh yang ada tradisi ini.

Dari berbagai sumber, disebutkan sebelum hari raya tiba, orang tua laki-laki menginformasikan kepada seluruh familinya, tetangga dan rekannya, bahwa anaknya bersama pasangannya akan melakukan tradisi ini dari rumah ke rumah.

Bahkan sebagian daerah menjalan tradisi ini di mulai dari dua hari menjelang lebaran, keluarga pengantin laki-laki akan mengirim bahan pembuatan kue tradisional ke keluarga wanita.

Lalu keluarga wanita akan membuat kue, misalnya seperti kue kara, bhoi, Loyang, leumang dan segala macamnya beserta tempatnya. Lalu, kue-kue itu diantar ke rumah-rumah sanak family atau kerabat yang hendak di kunjungi saat lebaran.

Ketika memasuki lebaran, pasangan baru ini mendatangi rumah-rumah yang sudah dikirim kue tersebut sekaligus mengambil kembali tempat kue itu. Di dalam tempat kue itu, biasanya sudah di masukkan sejumlah uang. Cara teumuntuk seperti ini juga terjadi di sebagian daerah di Aceh dan tidak semua.

Namun ada juga cara lain yang kekinian, yaitu pengantin baru hanya menyiapkan kue sebelum berkunjung ke rumah sanak family. Jika orang yang dikunjungi paham dan memegang tradisi tersebut, ia akan paham, ketika pengantin pulang akan diberikan peng teumuntuk.

Tidak ada takaran besaran jumlah uang yang diberikan kepada pengantin baru yang berkunjung. Sekali lagi sesuai dengan ekonomi yang dikunjungi baik itu Rp 10 ribu maupun lebih besar lagi.

Tentu saja, pengantin baru juga tidak disarankan untuk meminta. Karena ini merupakan tradisi, tentu pemberi yang paham akan tradisi ini akan memberikan bukan hanya uang, namun nasihat-nasihat agar pengantin ini bisa menjalani rumah tangga dengan baik.

wisataaceh

Cek Artikel yang lain di Google News