WISATAACEH – Melancong ke Aceh belum sah jika tak mencicipi kopi ikonik asal Aceh yaitu kopi sanger. Varian kopi ini memiliki racikan kopi dicampur susu dengan sedikit gula, namun ini bukan kopi susu biasa.

Dari awal kemunculannya, kopi sanger ini tidak diracik oleh barista menggunakan mesin, melainkan dengan saringan kopi khas untuk jenis robusta. Namun, sekarang kopi sanger juga sudah mulai diracik menggunakan mesin kopi arabika.

Meracik kopi sanger juga tak sembarangan. Jika asal, sudah dipastikan akan menyerupai kopi susu pada umumnya. Kopi sanger memiliki takaran sendiri perpaduan antara kopi dan campuran sedikit susu, bahkan disebut dengan takaran 3 banding 1.

Racikan kopi sanger ini juga diyakini sudah ada sejak tahun 90-an. Bahkan sebagian warga Aceh mengenal beberapa versi dari sejarahnya. Salah satu versi disebut asal kata sanger adalah ‘sange’. Sebutan ini untuk memudahkan sebutan racikan kopi, dicampur susu dan gula.

Kemudian ada versi juga yang menyebutkan bahwa racikan kopi sanger tercipta dari sebagian kalangan perempuan Aceh yang saat itu kurang menyukai kopi hitam. Sehingga dicampur sedikit susu, agar kopi tak terlalu berasa pahit.

Versi lainnya juga menyebutkan, sanger bermula dari sejumlah mahasiswa pada tahun 90-an hendak minum kopi susu. karena saat itu kondisi ekonomi memburuk, mahasiswa memutar otak agar tetap bisa minum kopi dicampur susu.

Lalu lahirlah ide dengan sebutan “sama-sama ngerti” yang disingkat dengan sanger. Agar mahasiswa tetap bisa menikmati kopi susu yang terjangkau, sejumlah mahasiswa ini meminta peracik kopi untuk membuat kopi, campur sedikit susu dan ditambah gula agar manis.

Mantan pekerja penyaring kopi di salah satu warkop ternama di Banda Aceh di era tahun 90-an, Zulkifli (47) menceritakan, asal usul sanger itu datang dari sekelompok mahasiswa yang ingin menikmati minuman kopi bercita rasa tinggi. Karena uang mereka pas-pasan, mereka ‘melobi’ pekerja warkop untuk menuang sedikit susu ke dalam gelas.

Kebiasaan itu ternyata berulang. Hampir saban hari saat itu mahasiswa yang meminta kopi agar ditambah susu, mereka juga berharap agar pekerja warkop bisa sama-sama mengerti soal keadaan kantong mahasiswa saat itu.

“Jadi ungkapan ‘sama-sama ngerti’ ini yang disingkat sanger yang kemudian dijadikan istilah oleh mahasiswa yang nongkrong di warung kopi saat itu,”

Namun Zulkifli tak ingat persis dari kelompok mahasiswa mana yang memulai penyebutan sanger itu di populerkan. Namun, saat itu, seingat dia pemesan sanger ini kebanyakan mereka yang datang saat sore hari ke warkop.

“Saya mulai (kerja jadi penyaring kopi) itu tahun 1997, istilah sanger itu sudah ada,” ujarnya.

Sanger Day

Seiring populernya minuman kopi sanger saat ini, sekelompok komunitas di Aceh beberapa tahun lalu pernah memprakarsai terkait hari sanger atau sanger day yang diperingati setiap 12 Oktober.

Peringatan itu juga didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dengan tujuan mempromosikan kuliner Aceh ke wisatawan. Sanger Day terakhir kali diperingati pada tahun 2021 lalu.

Kini, seiring dengan perkemabngan zaman, kopi sanger mulai banyak di mix oleh barista di sejumlah warung kopi. Varian racikan juga ditambah, misalnya kopi sanger durian, kopi sanger gula aren atau penambahan es dalam kopi sanger. Bahkan kini sudah ada kopi sanger dalam kemasan sachet.

Meski begitu, penikmat kopi sanger, khususnya di Aceh banyak. Yang membuat varian kopi ini menjadi salah satu kuliner kopi yang selalu ditawarkan ke wisatawan pecinta kopi yang datang ke tanah rencong.

Untuk harga kopi sanger sendiri juga bervariasi di setiap warung kopi. Rata-rata mematok harga mulai Rp 7.000-Rp 8.000 untuk jenis robusta dan mulai harga Rp 10 ribu untuk racikan menggunakan mesin arabika.

Nah, jika kamu ke Aceh jangan lupa untuk mencicipi rasa kopi sanger. Lazimnya para penikmat cukup menyebut kode SP (sanger panas) ke pekerja warkop dan sanger dingin bagi kamu yang tidak suka minuman panas.

Dani Randi

Cek Artikel yang lain di Google News