WISATAACEH.ID – Selain keindahan alamnya, Simeuleu juga terkenal kaya akan tradisi budaya dan kesenian. Dalam masyarakat terdapat salah satu seni tradisi yang sudah ada sejak zaman endatu yaitu tari madidik.

Tarian tradisional ini diyakini sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan keberadaan kesenian ini masih ada dan terus dilestarikan oleh masyarakat setempat agar tidak hilang tertelan zaman.

Madidik adalah sebuah tarian yang terdapat di Simeulue, terutama di Kampung Bonik dan kemudian menyebar ke daerah lain, termasuk Kampung Aie, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue.

Kata madidik mengandung arti menghentakkan kaki, yang bermakna bahwa setiap orang, baik pemuda maupun orang tua, hendaknya meringankan langkahnya untuk melakukan berbagai usaha dan pekerjaan yang bermanfaat supaya keturunannya tidak hidup susah di kemudian hari.

Dikutip dari buku enksiklopedia karya Sudirman, tari ini muncul sejak 1960-an yang ditampilkan pada upacara perkawinan, khitanan, dan acara budaya lainnya. Tari madidik diangkat dari sebuah kisah bahwa di Kampung Bonik dahulunya terdapat sebuah keluarga yang di dalamnya hidup seorang Janda dan anak perempuannya yang sudah menikah dan memiliki anak yang masih kecil.

Ilustrasi. Tari tradisonal Aceh. (mcpka)

Kehidupan perekonomian keluarga ini sangat susah sehingga hidupnya jauh dari bahagia. Pada suatu waktu sang nenek sedang malimo (menjaga cucunya) dan ingin membuat minuman dan makanan untuk dimakan bersama.

Tetapi kembali setelah melihat tidak ada lagi stok makanan, sang nenek kembali kepada cucunya dan memberitahukan bahwa tidak ada lagi persediaan bahan makanan. Sang nenek kemudian menghibur cucunya dengan cara menari-nari dan bernyanyi.

“Tari ini memperlihatkan keindahan hentakan kaki yang seiring dengan gerak tangan yang melenggang ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah, serta suara gemerincing di kaki yang dibuat dari tutup botol. Gerak tari ini diringi oleh lantunan syair yang mengandung nasihat dan petuah-petuah kepada anak cucu,”

Gemerincing di kaki yang digunakan sebagai asesoris sekaligus sebagai pengiring musik tari. Pada mulanya tari ini dimainkan untuk mengisi waktu waktu senggang sambil malimo (menjaga cucu).

Namun, dalam perkembangannya, tari ini sudah ditata sedemikian rupa dan ditarikan secara berkelompok oleh ibu-ibu sekitar orang yang terdiri dari satu orang pemukul gendang, satu orang memukul angkom (canang), satu orang pembaca syair, dan yang lainnya sebagai penari.

Gerakan tari madidik terdiri dari lima gerakan. Di setiap gerakan dilantunkan syair dalam bahasa daerah. Syair tersebut berisi nasihat untuk giat berusaha demi masa depan yang lebih baik.

Pola lantai tari madidik adalah pola sejajar yang terdiri dari dua varian, yaitu berliku dan melingkar. Adapun alat musik pengiring yang digunakan adalah gendrang dan angkom. Busana tari terdiri dari baju kebaya, celana berwarna hitam, dan kain panjang bermotif sebagai pengganti rok.

Bagian atas menggunakan ciput atau jilbab berwarna hitam dan selendang yang dililitkan di kepala, sedangkan pemain musik mengenakan baju bebas dan sopan.

Perlengkapan yang digunakan terdiri dari selendang atau selempang songket yang dililit di heler hingga menutup dada dan kerincing kaki dari tutup botol. Dalam pertunjukan tari ini menggunakan pentas arena, yaitu pentas yang dapat disaksikan dari segala arah.

wisataaceh

Cek Artikel yang lain di Google News