WISATAACEH.ID – Hawa dingin menyelimuti seluruh Gunung Burni Telong yang terletak di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Burni Telong bisa dicapai melalui rute Jalan Medan-Banda Aceh. Setibanya di pertigaan PT Pabrik Kertas Kraf Aceh (KKA), ikuti jalan beraspal lurus menuju arah Gunung Salak. Selanjutnya, berhentilah di Perempatan Simpang Pondok, Kabupaten Bener Meriah. Di lokasi tersebut terdapat pos ranger, sekaligus tempat pemandu swasta menunggu pendaki ke gunung berketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
 
Kini, Burni Telong bukan lagi sebatas untuk para pencinta alam. Masyarakat yang hobi mendaki juga kerap mengunjungi gunung itu. “Sekarang ramai sekali pendaki. Bukan sebatas pencinta alam lagi. Masyarakat umum, pegawai kantoran juga banyak,” kata pemandu bernama Daus dari Bentang Adventure. Ia menghabiskan hidupnya menemani para pendaki ke gunung tersebut.
Mendaki Gunung Burni Telong
Sepanjang pendakian, hujan mengguyur gunung berkabut tersebut. Pegunungan dan kebun kopi samar terlihat di kiri-kanan jalur. Suhu udara menunjukkan 16 derajat Celsius. Dari titik awal pendakian hingga ke shelter empat butuh waktu sekitar empat jam. Shelter empat adalah tempat mayoritas pendaki menggelar tenda seadanya.
 
Jika hujan turun, maka panasnya api unggun tak bisa dinikmati dan dinginnya luar biasa. Sinyal ponsel akan timbul dan tenggelam sepanjang empat jam tersebut, sehingga menyulitkan para pendaki untuk berkomunikasi ke keluarga yang ditinggalkan. Untuk menghalau dingin, Daus menyarankan agar sering menggosokkan kedua tangan. “Itu solusi jika tak bisa memasang api,” katanya.
Melihat bunga Edelweis
Selanjutnya, dari shelter tiga menuju puncak butuh waktu sekitar tiga jam lagi. Pendaki harus menyesuaikan waktu agar mereka dapat tiba tepat saat matahari terbit di puncak gunung. Tempat tersebut merupakan tempat bagi bunga Edelweis untuk tumbuh. Pendaki yang beruntung dapat melihat bunga abadi tersebut bermekaran. Sayangnya, saat kunjungan kali ini, bunga itu sedang tidak mekar.
Salah seorang pendaki dari Lhokseumawe, Rizkita, menceritakan alasannya mendaki Gunung Burni Telong bersama teman-temannya. “Kami mendaki buat hobi. Sekalian ingin tahu keindahan dari ketinggian. Masak, warga Aceh tak pernah mendaki gunung paling populer di Aceh ini,” kata Rizkita.
Mendaki dengan niat yang tulus.
Daus menyarankan pengunjung untuk mendaki gunung dengan niat yang tulus. Mereka tak boleh berpikiran aneh dan merusak lingkungan. “Jika niat tulus, lurus, Insya Allah akan aman hingga ke puncak. Stamina terjaga sendiri,” katanya. Untuk menemukan keindahan di puncak gunung, Daus juga menyarankan para pendaki untuk berkomunikasi dengan para pemandu terlebih dahulu.
 
Menurutnya, tindakan tersebut dapat membantu mereka untuk tiba di puncak tepat matahari terbit tanpa ditutupi awan. “Jika tak tahu, tiba di puncak pas awan penuh. Maka, matahari pun tak terlihat di puncak,” ujarnya.
wisataaceh

Cek Artikel yang lain di Google News