WISATAACEH.ID – Selain potensi wisatanya yang begitu eksotis dan hasil lautnya berupa udang lobster yang melimpah ruah, Kabupaten Simeulue menyimpan potensi lain, yaitu penghasil rotan yang memiliki kualitas nomor wahid.
Tiap Bulannya, hampir belasan ribu batang berbagai jenis rotan Simeulue di jual ke berbagai Provinsi di Indonesia, dan salah satu wilayah yang paling banyak adalah ke Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Salah satu daerah penghasil Rotan terbesar di Aceh, ada beberapa jenis rotan yang dihasilkan dari hutan di wilayah kepulauan ini, rotan banau merupakan jenis yang paling terkenal, dan produksinya melimpah.
Sementara, berbagai jenis rotan lainnya yang di pasok ke Pulau Jawa sebagai bahan baku mobiler rumah tangga dan souvenir. Rotan yang diminati konsumen Pulau Jawa itu yakni jenis Rotan Manau, Manau Kapur, Manau cacat alam, Akar Manau, Sideken, Sibaliu, Cincin, Rotan cacing, Sibaliu dan slimit.
Rotan yang dikirim ke daerah tersebut setelah diolah 50 persen yakni dengan cara direbus dengan minyak tanah, dijemur, diasapi, dicuci dan dibersihkan sebelum dikirim.
Rotan hasil hutan Simeulue itu tersebar di 10 Kecamatan, yakni Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Simeulue Timur, Teupah Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan, Salang, Alafan, Teluk Dalam dan Kecamatan Simeulue Cut.
Kurang adanya industri Rotan di Simeulue, menyebabkan para pengusaha di wilayah ini hanya menjual rotan, dan tanpa di proses menjadi berbagai bahan kebutuhan lainnya.
Salah seorang pengusaha Rotan yang di Desa Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Abdullah mengatakan, tiap bulan pihaknya mengirimkan sekitar 15 ribu batang rotan berbagai jenis ke Cirebon, seperti jenis Sibaliu, Manau, sarang buaya, dan slimit.
Sebelum dikirim ke Cirebon, katanya, rotan yang dijual para pencari rotan ketempat usaha miliknya, diproses terlebih dahulu, yakni dengan cara digoreng. “Prosesnya yakni rotan-rotan mentah tersebut dimasukkan ke dalam wadah besi untuk kemudian direbus selama lebih kurang 2,5 jam,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Dalam proses penggorengan rotan tersebut, bahan yang digunakan adalah air, solar dan jenis bahan kimia tertentu. Tujuan dari penggorengan ini dimaksudkan untuk membuat rotan menjadi awet dan tahan lama.
Setelah digoreng rotan tersebut kemudian dikeringkan beberapa hari, dan kemudian dilakukan penyortiran dan proses pelurusan batang-batang rotan. “Setelah kita jemur, kemudian diluruskan, sehingga tidak ada lagi rotan yang bengkok,” sebut dia.
Namun, sangat disayangkan jika hasil rotan Simeulue ini di jual secara mentah dan tanpa di proses terlebih dahulu menjadi barang-barang kerajinan, seperti kursi, ataupun barang furniture lainnya yang menggunakan bahan baku rotan.
Persoalan ketiadaan alat dan mesin proses produk serta minimnya sumber daya manusia menyebabkan pihaknya tidak ada pilihan lain.
“Kalau saya ditanya, maunya kita jual sudah jadi barang, tentu ada nilai tambah dan harga jualnya juga tinggi,” katanya.
Tinggalkan Balasan